TIDUR
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsangan sensorik atau dengan rangsangan lainnya. Tidur harus dibedakan dengan koma yang merupakan keadaan bawah sadar saat orang tersebut tidak dapat dibangunkan. Terdapat berbagai tahapan saat tidur, mulai dari tidur yang ringan sampai tidur yang sangat dalam. Oleh para peneliti juga dibagi menjadi dua tipe yang secara keseluruhan berbeda yang memiliki kualitas yang berbeda pula yakni sebagai berikut :
Dua tipe tidur. Setiap malam seseorang mengalami dua tipe tidur yang saling bergantian satu sama lain. Tipe ini disebut (1) tidur gelombang lambat, pada tipe ini gelombang otak sangat kuat dan frekuensinya sangat rendah, seperti yang akan kita bahas kemudian, dan (2) tidur dengan pergerakan mata yang cepat (Rapid Eye Movement) atau REM sleep, pada tipe tidur ini mata bergerak dengan cepat meskipun orang tetap tidur.
Setiap malamnya, setiap masa tidur terdiri atas gelombang lambat yang bervariasi yakni tidur yang nyenyak (tidur dalam) dan tenang yang dialami seseorang pada jam-jam pertama tidur sesudah terjaga beberapa jam sebelumnya. Di pihak lain, tidur REM timbul dalam episode-episode dan meliputi sekitar 25 % dari seluruh masa tidur pada orang dewasa, setiap episode normalnya terjadi kembali setiap 90 menit. Tipe tidur ini tak begitu tenang dan biasanya berhubungan dengan mimpi yang hidup.
Tidur Gelombang Lambat
Kebanyakan dari kita dapat mengerti sifat-sifat tidur gelombang lambat dengan mengingat saat-saat terakhir kita tetap terjaga selama lebih dari 24 jam dan kemudian tidur nyenyak yang terjadi dalam satu jam pertama setelah mulai tidur. Tahap tidur ini begitu tenang dan dapat dihubungkan dengan penurunan tonus pembuluh darah perifer dan fungsi-fungsi vegetatif tubuh lain. Contohnya tekanan darah, frekuensi pernapasan, dan kecepatan metabolisme basal akan berkurang 10-30 %.
Walaupun tidur gelombang lambat sering disebut “tidur tanpa mimpi”, namun sebenarnya pada tahap tidur ini sering timbul mimpi dan kadang-kadang bahkan mimpi buruk terjadi selama tidur gelombang lambat. Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur gelombang lambat dan mimpi pada tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM lebih sering melibatkan aktivitas otot tubuh dan mimpi pada tahap gelombang lambat biasanya tidak dapat diingat. Jadi, selama tidur gelombang lambat tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
Tidur Rem (Tidur Paradoksikal, Tidur Desinkronisasi)
Sepanjang tidur malam yang normal, tidur REM yang berlangsung 5-30 menit biasanya muncul rata-rata setiap 90 menit. Bila seseorang sangat mengantuk, setiap tidur REM berlangsung singkat dan bahkan mungkin tak ada. Sebaliknya, sewaktu orang menjadi semakin lebih nyenyak sepanjang malamnya, durasi tidur REM juga semakin lama.
Terdapat beberapa hal yang sangat penting dalam tidur REM:
1. Tidur REM biasanya disertai dengan mimpi yang aktif dan pergerakan otot tubuh yang aktif.
2. Seseorang lebih sukar dibangunkan oleh rangsangan sensorik selama tidur gelombang lambat, namun orang-orang terbangun secara spontan di pagi hari sewaktu episode tidur REM.
3. Tonus otot di seluruh tubuh sangat berkurang dan ini menunjukkan adanya hambatan yang kuat pada area pengaturan otot di spinal.
4. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan biasanya menjadi irregular dan ini merupakan sifat dari keadaan tidur dengan mimpi.
5. Walaupun ada hambatan yang sangat kuat pada otot-otot perifer, masih timbul pergerakan otot yang tidak teratur. Keadaan ini khususnya mencakup pergerakan mata yang cepat.
6. Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif dan metabolisme di seluruh otak meningkat sebanyak 20 %. Pada elektroensefalogram (EEG) terlihat pola gelombang otak yang serupa dengan yang terjadi selama keadaan siaga. Tidur tipe ini disebut juga tidur paradoksikal karena hal ini bersifat paradox yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya meningkat.
TEORI DASAR TIDUR
Proses penghambatan aktif diduga sebagai penyebab tidur. Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut system aktivasi reticular, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga sehingga menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur. Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa tidur disebabkan oleh penghambatan aktif. Hal ini terbukti bahwa pemotongan batang otak setinggi region midpontil menghasilkan otak dengan korteks yang tidak pernah tidur. Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak di bawah ketinggian midpontil pada batang otak yang diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat bagian-bagian otak lainnya.
Mekanisme yang dapat menyebabkan tidur—kemungkinan peran spesifik untuk serotonin
Perangsanga pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan sifat-sifat yang mendekati keadaan tidur alami. Beberapa cara perangsangan ini adalah sebagai berikut :
1. Daerah perangsangan yang paling mencolok yang dapat menimbulkan keadaan tidur alami adalah nuclei rafe yang terletak di separuh bagian bawah pons dan di medulla. Nuclei ini merupakan suatu lembaran tipis neuron khusus yang terletak pada garis tengah. Serabut saraf dari nuclei ini menyebar setempat di formasio reticularis batang otak dan juga ke atas menuju thalamus, hipothalamus, sebagian besar daerah sistem limbik, dan bahkan neokorteks serebri. Selain itu, serabut-serabut ini juga menyebar ke bawah menuju medulla spinalis dan berakhir di radiks posterior tempat serabut ini dapat menghambat sinyal-sinyal yang masuk termasuk nyeri. Juga telah diketahui bahwa ujung serabut dari neuron rafe ini menyekresikan serotonin. Bila seekor hewan diberi obat yang menghambat pembentukan serotonin, hewan tersebut seringkali tidak dapat tidur selama beberapa hari berikutnya. Oleh karena itu, dianggap bahwa serotonin merupakan zat transmitter yang dihubungkan dengan keadaan tidur.
2. Perangsangan beberapa area di nucleus traktus solitarius juga dapat menimbulkan tidur. Nucleus ini merupakan daerah terminal di medulla dan pons yang dilewati oleh sinyal sensorik viseral yang masuk melalui nervus vagus dan nervus glossofaringeus.
3. Perangsangan pada beberapa region pada diensefalon juga dapat membantu menimbulkan keadaan tidur. Daerah itu meliputi (1) bagian rostral hipothalamus, terutama area suprakiasma dan (2) suatu area yang terkadang dijumpai di nucleus difus thalamus.
(sumber : guyton & hall, buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11)
0 komentar:
Posting Komentar